LAPORAN
PRAKTIKUM
KETERAMPILAN
DASAR KEBIDANAN 1
PEMERIKSAAN
TANDA-TANDA VITAL
Di
Susun Oleh:
1.
Puput
Sri Utari (15150020)
2. Siti Mujirahayu (15150043)
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
PROGRAM
STUDI D3 KEBIDANAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN
AKADEMIK 2015/2016
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeriksaan tanda vital
adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem yang ada di dalam
tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan dan
tekanan darah. Perubahan tanda vital terjadi jika tubuh dalam keadaan sakit
atau kelelahan. Perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem
tubuh. Pemeriksaan tanda vital yang dilakukan oleh tenaga medis seperti bidan,
dokter dan perawat digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini
bukan hanya merupakan kegiatan rutin pada pasien, tetapi merupakan tindakan
pengawasan terhadap perubahan atau gangguan terhadap sistem tubuh. Pelaksanaan
pemeriksaan tanda vital pada pasien tentu berbeda antara pasien yang satu
dengan pasien yang lainnya.
1.2
Tujuan
Tujuan dilakukan pemeriksaan tanda vital pada
pasien, yaitu:
1. Untuk memantau adanya perubahan tanda
vital pada pasien.
· 2. Untuk mendeteksi adanya perubahan system tubuh.
·
3. Untuk memantau perkembangan pasien.
BAB II
PEMBAHASAN
Tanda-tanda vital
digunakan sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan
keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena
sangat penting, maka disebut dengan tanda vital.Tanda vital merupakan cara yang
cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah
dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
2.1 Pemeriksaan Tekanan Darah
Pemeriksaan tekanan
darah merupakan indikator penting dalam menilai fungsi kardiovaskuler.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung, tetapi yang
paling sering dilakukan adalah pemeriksaan secara tidak langsung dengan
menggunakan sphygmomanometer. Hasil pemeriksaan tekanan darah juga dipengaruhi
posisi saat pemeriksaan. Selain posisi tekanan darah juga dipengaruhi beberapa
hal:
1. Umur
2. Waktu
pengukuran
3. Latihan
dan aktivitas
4. Emosi
dan nyeri
5. Miscellaneus
factor
6. Curah
jantung, tahanan pembuluh darah tepi, volume darah total, viskositas darah dan
kelenturan dinding arteri
Selain faktor diatas,
terdapat faktor-faktor yang berpengaruh pada interpretasi hasil diantaranya
adalah:
1. Lingkungan
2. Perlatan
3. Pasien
4. Teknik
pemeriksaan
Pada waktu ventrikel
berkontraksi, darah akan dipompakan keseluruh tubuh. Keadaan ini disebut
sistolik, dan tekanan aliran darah pada saat itu disebut tekanan darah
sistolik. Pada saat vetrikel sedang rileks, darah dari atrium masuk ke
ventrikel. Tekana aliran darah pada waktu ventrikel sedang rileks disebut
tekanan darah diastolik.
Menurut World Health
Organization (WHO) batas normal tekanan darah adalah 120-140 mmHg tekanan
sistolik dan 80-90 mmHg tekanan diastolik. Seseorang dinyatakan mengidap
hipertensi bila tekanan darahnya lebih dari 140/90 mmHg.
Tekanan
Darah pada Orang Dewasa
Kategori
|
Tekanan Darah
Sistolik (mmHg)
|
Tekanan Darah
Diastolik (mmHg)
|
Normal
|
<120
|
<80
|
Prahipertensi
|
120-139
|
80-89
|
Hipertensi (derajat
1)
|
140-149
|
90-99
|
Hipertensi (derajat
2)
|
>160
|
>100
|
Tekanan
Darah Normal
Umur
|
Tekanan Darah
|
1 bulan
|
56/54
|
6 bulan
|
90/60
|
1 tahun
|
96/65
|
2 tahun
|
99/65
|
4 tahun
|
99/65
|
6 tahun
|
100/60
|
8 tahun
|
105/60
|
10 tahun
|
110/60
|
12 tahun
|
115/60
|
14 tahun
|
118/60
|
16 tahun
|
120/65
|
Peralatan
dan Perlengkapan
1) Sphygmomanometer
2) Stetoskop
3) Buku
Catatan
4) Bolpoin
Pelaksanaan
1. Menyambut
pasien dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan
kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan
peralatan.
4. Mencuci
tangan.
5. Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin.
6. Lengan
baju pasien digulung keatas.
7. Memasang
manchet pada lengan atas pasien, sekitar 3cm diatas fossa cubiti, pipa karet
berada disisi luar lengan.
8. Menentukan
denyut nadi pada arteri brakhialis dan arteri radialis.
9. Memompa
sphygmomanometer sampai denyut nadi pada arteri radialis tidak terdengar.
10. Manchet
dikempeskan hingga udara yang berada didalamnya keluar semua.
11. Stetoskop
diletakkan diatas brakhialis.
12. Pompa
shpygmomanometer 20-30 mmHg lebih tinggi dari titik dimana denyut nadi pada
arteri radialis tidak terdengar.
13. Buka tutup balon karet perlahan-lahan,
dengarkan bunyi denyutan pertama dari stetoskop.
14. Jika bunyi denyutan pertama terdengar dititik
120 mmHg, maka denyutan tersebut disebut tekanan sistolik.
15. Dengarkan hingga bunyi denyutan terakhir.
16. Jika bunyi denyutan terakhir terdengar dititik
80 mmHg, maka denyutan tersebut disebut tekanan diastolik.
17. Catat hasil pemeriksaan dibuku catatan.
18. Menjelaskan
hasil pemeriksaan kepada pasien.
2.2 Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan suhu
merupakan salah satu pemeriksaan yang digunakan untuk menilai kondisi
metabolisme didalam tubuh, dimana tubuh menghasilkan panas secara kimiawi
melalui metabolisme darah. Suhu tubuh perlu dijaga keseimbangannya dimana
proses pengaturannya terletak pada hyphothalamus. Bagian depan hyphothalamus
mengatur pembuangan panas sedangkan bagian belakang mengatur penyimpanan panas.
Pembuangan panas dapat terjadi melalui berbagai
macam proses:
1. Radiasi:
proses penyebaran panas melalui gelombang elektromagnetik atau perpindahan panas
dari permukaan obyek dengan permukaan obyek lain tanpa keduanya bersentuhan.
2. Konveksi:
proses penyebaran panas karena pergeseran yang kepadatannya tidak sama/ kontak
dengan udara dingin disekitarnya.
3. Evaporasi:
proses perubahan cairan menjadi uap .
4. Konduksi:
proses pemindahan panas pada obyek lain dengan kontak langsung.
Pemeriksaan suhu dapat
dilakukan melalui oral, rectal, telinga (timpani/aural/otic) dan aksila. Suhu
normal rata-rata adalah 36,5°-37,5° C. Pasien dikatakan hiphotermi jika suhu
< 36° C dan hyperthermia jika suhu > 37,5° C.
Peralatan
dan Perlengkapan
1) Termometer
2) Botol
larutan sabun
3) Botol
larutan klorin 0,5%
4) Botol
air bersih
5) Tissue
6) Bengkok
7) Sarung
tangan
8) Buku
catatan
9) Bolpoin
Pelaksanaan
1. Menyambut
pasien dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan
kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan
peralatan.
4. Mencuci
tangan.
5. Memakai
sarung tangan.
6. Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin.
7. Membuka
lengan baju pasien, kemudian membersihkan daerah aksila dengan tissue hingga
kering.
8. Menurunkan
termometer pada suhu 35° C, letakkan termometer didaerah aksila pasien, lengan
pasien dilipatkan ke dada.
9. Tunggu
selama 3-10 menit.
10. Angkat
termometer dan baca hasilnya.
11. Celupkan
termometer ke dalam larutan klorin selama 10 menit, setelah 10 menit angkat termometer.
12. Celupkan
ke dalam air sabun, kemudian bilas dengan air bersih.
13. Lap
dengan menggunakan tissue.
14. Catat
hasilnya dibuku catatan.
15. Menjelaskan
hasil pemeriksaan kepada pasien.
2.3 Pemeriksaan Nadi
Denyut nadi merupakan
denyutan atau dorongan yang dirasakan dari proses pemompaan jantung. Proses
perubahan denyut nadi dipengaruhi oleh perubahan kecepatan jantung terhadap
rangsangan yang ditimbulkan oleh sistem syaraf simpatis dan parasimpatis.
Rangsangan simpatis dapat menambah kecepatan jantung seperti cemas, emosi,
takut dan marah sedangkan parasimpatis dapat mengurangi denyut nadi.
Pemeriksaan nadi
seharusnya dalam keadaan tidur atau istirahat. Frekuensi nadi yang normal untuk
orang dewasa adalah ± 60-90 kali/menit. Takhi kardi adalah denyut nadi lebih
cepat dari keadaan normal, hal ini dijumpai pada keadaan hyperthermia,
aktivitas tinggi, kecemasan, miokarditis, gagal ginjal, dehidrasi, dsb.
Hyperthermia dapat meningkatkan denyut nadi sebanyak 15-20 kali/menit setiap
peningkatan suhu 1° C. Apabila denyut nadi lebih lambat dari keadaan normal
disebut bradi kardi. Selain itu, pemeriksaan nadi juga perlu diperhatikan
irmanya dan kuat tidaknya denyutan.
Pemeriksaan denyut nadi
dapat diperiksa dengan palpasi atau dengan elektronik yang sederhana maupun
yang canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada arteri radialis pada
pergelangan tangan, arteri brachialis, arteri korotis pada leher, arteri
temporalis, arteri fermoralis, arteri dorsalis pedis, atau arteri frontalis
pada ubun-ubun bayi.
Faktor yang mempengaruhi denyut nadi:
1. Usia
2. Jenis
kelamin
3. Circadian
rhythm
4. Bentuk
tubuh
5. Aktivitas
6. Stress
dan emosi
7. Suhu
tubuh
8. Volume
darah
9. Obat-obatan
Karakter nadi:
1. Frekuensi:
jumlah denyut nadi per menit.
2. Irama:
merupakan interval reguler yang terjadi antara setiap denyut nadi/jantung.
3. Kekuatan:
kekuatan/amplitudo dari nadi menunjukkan volume darah yang diejeksikan ke
dinding arteri pada setiap kontraksi jantung.
4. Kesamaan:
dalam kondisi tertentu nadi satu ekstremitas mungkin tidak sama kekuatannya.
Peralatan
dan Perlengkapan
1. Jam
tangan
2. Buku
catatan
3. Bolpoin
Pelaksanaan
1. Menyambut
pasien dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan
kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan
peralatan.
4. Mencuci
tangan.
5. Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin.
6. Meraba
arteri dengan menggunakan jari, hitung nadi selama 1 menit.
7. Catat
hasil pemeriksaan.
8. Menjelaskan
hasil pemeriksaan kepada pasien.
2.4 Pemeriksaan Pernafasan
Pemeriksaan pernafasan
merupakan pemeriksaan yang dilakukan
untuk menilai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida.
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi, irama, kedalaman, dan
type/pola pernafasan. Pernafasan dihitung dalam 1 menit penuh.
Type pernafasan:
1. Pernafasan
abomino-torakal: pernafasan abdominal lebih dominan dibandingkan toraks,
umumnya terjadi pada laki-laki.
2. Pernafasan
torako-abdominal: pernafasan torakal lebih dominan dibandingkan abdomen,
umumnya terjadi pada perempuan.
Frekuensi pernafasan
normal (eupnea):
1. Bayi:
30-60 kali/menit.
2. Anak-anak:
20-30 kali/menit.
3. Remaja:
15-24 kali/menit.
4. Dewasa:
16-20 kali/menit.
Pola Pernafasan
Pola Pernafasan
|
Deskripsi
|
Dispnoe
|
Susah bernafas
yang menandakan adanya retraksi
|
Brakipnoe
|
Frekuensi
nafas yang lambat yang abnormal, tetapi irama teratur
|
Takipnoe
|
Frekuensi
nafas cepat yang abnormal
|
Hyperpnea
|
Pernafasan
yang cepat dan dalam
|
Cheyne stokes
|
Periode
pernafasan yang cepat dan dalam yang bergantian dengan periode apnoe
(berhenti nafas) selama beberapa detik untuk kemudian menjadi dalam lagi
|
Kusmaul
|
Nafas dalam
yang abnormal bisa cepat, normal, atau lambat
|
Biot
|
Pernafasan
yang dalam dan dangkal disertai masa apnoe yang tidak teratur
|
Peralatan
dan Perlengkapan
1. Jam
tangan
2. Buku
catatan
3. Bolpoin
Pelaksanaan
1. Menyambut
pasien dan memperkenalkan diri.
2. Menjelaskan
kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
3. Menyiapkan
peralatan.
5. Mengatur
posisi pasien senyaman mungkin.
6. Menghitung
frekuensi dan irama pernafasan pasien dengan memperhatikan gerakan pernafasan
pada dada pasien, dihitung selama 1 menit penuh.
7. Catat
hasil pemeriksaan pada buku.
8. Menjelaskan
hasil pemeriksaan kepada pasien.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari data-data praktik
yang telah diperoleh dan berdasarkan praktik yang telah kami lakukan kami dapat
menarik kesimpulan bahwa perbedaan tekanan darah, denyut nadi dan frekuensi
pernafasan dipengaruhi oleh faktor waktu, usia, dan aktivitas yang telah
dilakukan sebelumnya.
0 komentar:
Posting Komentar