MAKALAH
ORGANISASI DAN MANAJEMEN PELAYANAN KEBIDANAN
(MANAJEMEN PERLENGKAPAN)
Kelompok
2
Kelas A 12.1
Nama Anggota :
1. Maytrian
Linda Permatasari (15150001)
2. Ummu Azka Latifa (15150003)
3. Wahyu Setiyarini (15150004)
4. Ninda Heru Kusumawati (15150006)
5. Irawati Ratnasari (15150009)
6. Windi Rizki Aprillia 15150013)
7. Priska Prisilia Apicandra (15150023)
8. Angela
Christine (15150028)
9. Alvina Maylinda (15150034)
11. Siti Mujirahayu (15150043)
12.
Fellisia Ersadea (15150045)
PROGRAM STUDI
D3-KEBIDANAN
UNIVERSITAS
RESPATI YOGYAKARTA
TAHUN AKADEMIK
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat, rahmat dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Manajemen Perlengkapan” ini dengan tepat waktu. Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Rahayu Widaryanti selaku dosen pengampu mata kuliah Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kebidanan yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna,
tetapi kami berharap makalah ini bisa membantu teman-teman dalam menambah pengetahuan tentang ilmu kebidanan.
Semoga makalah ini bias berguna untuk kedepannya, dan jika ada kata-kata yang
kurang berkenan
kami mohon maaf. Dan kami berharap
saran dan masukan untuk perbaikan dimasa depan. Terimakasih.
Yogyakarta,
14 Maret 2016
Hormat Kami,
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………… i
DAFTAR ISI …………………………………
ii
BAB I PENDAHULUAN
1. LATAR
BELAKANG ………………………………… 1
2. RUMUSAN
MASALAH ………………………………… 2
3. TUJUAN ………………………………… 2
BAB II ISI
A. DEFINISI
MANAJEMEN
PERLENGKAPAN
atau
LOGISTIK ………………………………… 3
B. TUJUAN
MANAJEMEN
LOGISTIK ………………………………… 3
C. IMPLEMENTASI
MANAJEMEN ………………………………… 4
D. FUNGSI
MANAJEMEN ………………………………… 4
E. SARANA
MEDIS-
NONMEDIS ………………………………… 12
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN ………………………………… 14
B. SARAN …………………………………
14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Keberhasilan organisasi mencapai tujuan didukung oleh
pengelolaan factor-faktor antara lain Man, Money, Machine, Methode dan
Material. Pengelolaan yang seimbang dan baik dari kelima factor tersebut akan memberikan
kepuasan kepada kostumer baik kostumer internal maupun eksternal. Rumah sakit
yang telah terakreditasi seharusnya telah memiliki pengelolaan yang baik dan
terstandar termasuk lima factor tersebut. Pada kesempatan ini, akan membahas
secara khusus tentang pengelolaan Material atau logistic keperawatan.
(Widyapusy, 2011).
Distribusi logistik merupakan kegiatan dan usaha
pengurusan dalam penyelenggaraan penyaluran dan penyampaian kebutuhan logistik
kepada unit-unit kerja yang membutuhkan. Dari pengertian ini dapat ditekankan
bahwa dalam kegiatan distribusi logistik tidak sekedar memberikan atau
menyerahkan logistik kepada unit kerja yang memerlukan, tapi lebih dari itu
dituntut adanya kegiatan perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian yang
tepat sehingga tercipta suatu cara kerja, prosedur kerja dan sistem kerja dalam
penyaluran logistik secara teratur, tertib, dan dapat dipertanggungjawabkan,
serta mendukung efektifitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan
organisasi. (Tatty, 2012).
Kegiatan distribusi logistik pada dasarnya merupakan
kelanjutan dari proses penyimpanan atau penggudangan logistik, ataupun secara
empirik merupakan satu bagian dari kegiatan penggudangan logistik itu sendiri.
Kegiatan distribusi barang ini pada dasarnya juga merupakan suatu bagian
kegiatan dari serangkaian kegiatan guna pemenuhan kebutuhan logistik bagi
unit-unit kerja dalam suatu organisasi. Oleh karena itu, kegiatan distribusi
logistik ini tidak boleh dianggap sepele ataupun remeh dalam penyelenggaraan
kegiatan dalam suatu organisasi, tetapi sebaliknya kegiatan ini harus mendapat
perhatian yang proporsional karena efektifitas dan efisiensi kerja setiap unit
kerja maupun organisasi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh
profesionalitas dalam pegelolaan kegiatan distribusi logistik ini. (Tatty,
2012).
Keberhasilan pengelolaan logistik rumah sakit
tergantung pada kompetensi dari manajer logistik rumah sakit. Manajer berfungsi
untuk mengelola logistik melalui fungsi antara lain mengidentifikasi,
merencanakan pengadaan, pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem
pengelolaan logistik yang efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan
berfungsi dengan baik akan memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga
berdampak bagi peningkatan mutu pelayanan secara umum. (Theodorabean, 2011).
Manajer logistik juga harus mampu mengantisipasi
kejadian darurat, membuat skala prioritas serta melakukan perubahan yang
dibutuhkan untuk pencapaian tujuan umum rumah sakit. Manajemen logistik juga
harus mencapai efisiensi dan efektifitas. Manajer logistik memiliki kemampuan
untuk mencegah atau meminimalkan pemborosan, kerusakan, kadaluarsa, kehilangan
alat tersebut yang akan memiliki dampak kepada pengeluaran ataupun biaya
operasional rumah sakit. (Subagya, 1994).
Menurut pemanfaatannya, bahan atau alat yang harus
disediakan rumah sakit dikelompokkan menjadi persediaan farmasi (antara lain:
obat, bahan kimia, gas medik, peralatan kesehatan), persediaan makanan,
persediaan logistik umum dan teknik. (Subagya, 1994).
2.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah definisi dari manajemen
perlengkapan ?
2.
Apa fungsi dari manajemen perlengkapan ?
3.
Apa tujuan dari manajemen
perlengkapan ?
3.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi manajemen
perlengkapan.
2.
Untuk mengetahui fungsi manajemen
perlengkapan.
3.
Untuk mengetahui tujuan manajemen
perlengkapan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Manajemen Perlengkapan atau Logistik
Serangkaian kegiatan
perencanaan, pengorganisasian,dan pengawasan terhadap kegiatan pengadaan, pencatatan
pendistribusian, penyimpanan, pemeliharaan dan penggunaan logistik guna
mendukung efektifitas dan efisiensi dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan uraian dari pengertian
manajemen dan pengertian logistik, bahwa manajemen lebih menitik beratkan pada
cara untuk mengelola barang melalui tindakan-tindakan perencanaan dan penentuan
kebutuhan, pengadaan, penyimpanan, penyaluran, pemeliharaan dan penghapusan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. A. Hasyim Ali menterjemahkan
pendapat P. Bowersox tentang pengertian logistik modern.
Manajemen adalah seni memperoleh hasil melalui
berbagai kegiatan yang dilakukan oleh orang lain, sedangkan logistik adalah bahan
untuk kegiatan operasional yang sifatnya habis pakai. Manajemen logistik adalah
suatu ilmu pengetahuan dan atau seni serta proses mengenai perencanaan dan
penentuan kebutuhan pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pemeliharaan serta
penghapusan material/alat-alat. Sehingga manajemen logistik mampu menjawab
tujuan dan bagaimana cara mencapai tujuan dengan ketersediaan bahan logistik
setiap saat bila dibutuhkan dan dipergunakan secara efisien dan efektif
(Subagya: 1994).
B.
Tujuan manajemen
logistik
1. Tujuan umum
a. Tujuan operasional: Tujuan agar tersedia barang/bahan dalam jumlah
yang tepat ®operasional dan mutu yang memadai.
b. Tujuan keuangan: Tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang
®keuangan serendah-serendahnya.
c. Tujuan pengamanan
2. Tujuan khusus
Mendukung efektivitas dan efisiensi
dalam setiap upaya pencapaian tujuan organisasi. (Widyapusy: 2011).
C.
Implementasi manajemen
perlengkapan pada klinik bidan praktik swasta
Untuk
melaksanakan praktik bidan terdapat sejumlah persyaratan minimal dan
perlengkapan pelayanan kebidanan yang di atur melalui peraturan pemerintah,yang
mencakup :
1. Peralatan (steril dan tidak steril)
2. Bahan habis pakai
3. Obat-obatan
4. formulir dan kelengkapan adsministrasi.
(Widyapusy: 2011).
D.
Fungsi manajemen perlengkapan
Fungsi logistik dapat disusun dalam bentuk skema
siklus kegiatan logistik sebagai berikut (Mustiksari: 2007):
1. Fungsi
Perencanaan
Pengertian umum adalah proses
untuk merumuskan sasaran dan menentukan langkah-langkah yang harus dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Sedangkan secara khusus perencanan
logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang pelaksanaannya dilakukan
oleh semua calon pemakai (user) kemudian diajukan sesuai dengan alur yang
berlaku di masing- masing organisasi (Mustikasari:2007). Subagya menyatakan perencanaan adalah hasil rangkuman
dari kaitan tugas pokok, gagasan, pengetahuan, pengalaman dan keadaan atau
lingkungan yang merupakan cara terencana dalam memuat keinginan dan usaha
merumuskan dasar dan pedoman tindakan.
Pengelolaan logistik cenderung
semakin kompleks dalam pelaksanannya sehingga akan sangat sulit dalam
pengendalian apabila tidak didasari oleh perencanaan yang baik. Perencanaan
yang baik menuntut adanya sistem monitoring, evaluasi dan reporting yang
memadai dan berfungsi sebagai umpan balik untuk tindakan pengandalian terhadap
devisi-devisi yang terjadi.
Suatu rencana harus di dukung
oleh semua pihak, rencana yang dipaksakan akan sulit mendapatkan dukungan
bahkan sebaliknya akan berakibat tidak lancar dalam pelaksanaannya. Di bawah
ini akan dilukiskan bagan kerjasama antara pimpinan, perencana, pelaksana dan
pengawas (Subagya: 1994).
Dalam suatu
kegiatan dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai dengan pencapaian tujuan (sasaran) di perlukan kerjasama yang terus menerus antara pimpinan/staf,
perencana, pelaksana dan pengawas dengan masing-masing kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan uraian tugas masing-masing. Seluruh kegiatan diarahkan pada pencapaian tujuan (untuk mencapai sasaran)
organisasi.
Perencanaan dapat dibagi ke dalam
periode-periode sebagai berikut:
a. Rencana
jangka panjang (Long range)
b. Rencana
jangka menengah (Mid range)
c. Rencana
jangka pendek (Short range)
Periodisasi dalam suatu perencanaan sekaligus
merupakan usaha penentuan skala perioritas secara menyeluruh dan berguna untuk
usaha tindak lanjut yang terperinci. Melalui fungsi
perencanaan dan penentuan kebutuhan ini akan menghasilkan antara lain:
a. Rencana Pembelian
b. Rencana Rehabilitasi
c. Rencana Dislokasi
d. Rencana Sewa
e. Rencana Pembuatan
Dalam tahapan perencanaan logistik pada umumnya dapat
menjawab dan menyimpulkan pernyataan sebagai berikut:
a. Apakah yang
di butuhkan (what) untuk menentukan jenis barang yang tepat.
b. Berapa yang
di butuhkan (how much, how many) untuk menentukan jumlah yang tepat.
c. Bilamana
dibutuhkan (when) untuk menentukan waktu yang tepat.
d. Di mana
dibutuhkan (where) untuk menentukan tempat yang tepat.
e. Siapa yang
mengurus atau siapa yang menggunakan (who) untuk menentukan orang atau unit
yang tepat.
f. Bagaimana
diselenggarakan (how) untuk menentukan proses yang tepat.
g. Mengapa di
butuhkan (why) untuk mengecek apakah keputusan yang di ambil benar-benar tepat.
2. Fungsi Penganggaran
Penganggaran (budgetting), adalah
semua kegiatan dan usaha untuk merumuskan perincian penentu kebutuhan dalam
suatu skala tertentu/skala standar yaitu skala mata uang dan jumlah biaya
(Subagya & Mustikasari)
Dalam fungsi penganggaran, semua
rencana-rencana dari fungsi perencanaan dan penentu kebutuhan dikaji lebih
lanjut untuk disesuaikan dengan besarnya biaya dari dana-dana yang tersedia.
Dengan mengetahui hambatan-hambatan dan keterbatasan yang dikaji secara seksama
maka anggaran tersebut merupakan anggaran yang reliable.
Apabila semua perencanaan dan
penentu kebutuhan telah dicek berulang kali dan diketahui untung ruginya serta
telah diolah dalam rencana biaya keseluruhan, maka penyediaan dana tersebut
tidak boleh diganggu lagi, kecuali dalam keadaan terpaksa.
Pengaturan keuangan yang jelas,
sederhan dan tidak rumit akan sangat membantu kegiatan.
Dalam menyususn anggaran terdapat
beberapa hal yang harus di perhatikan antara lain adalah:
a.
Peraturan–peraturan
terkait
b.
Pertimbangan
politik, sosial, ekonomi dan tehnologi
c.
Hal-hal yang
berhubungan dengan anggaran
d.
Pengaturan
anggaran seperti: sumber biaya pendapatan sampai dengan pegaturan logistik.
Sumber anggaran di suatu rumah
sakit bermacam-macam, tergantung pada institusi yang ada apakah milik
pemerintah atau swasta. Pada Rumah sakit Pemerintah, sumber anggaran dapat
berasal dari Dana Subsidi (Bappenas, Depkes, Pemda) dan dari penerimaan rumah
sakit. Sedangkan pada rumah sakit swasta sumber anggaran berasal dari
Dana Subsidi (Yayasan dan Donatur), Penerimaan rumah sakit dan Dana dari pihak
ketiga (Mustikasari).
Alokasi anggaran logistik
Rumah Sakit 40 % - 50 % dalam bentuk obat-obatan dan bahan farmasi, alat tulis
kantor, cetakan, alat rumah tangga, bahan makanan, alat kebersihan dan suku
cadang.
3. Fungsi Pengadaan
Pengadaan adalah semua kegiataan
dan usaha untuk menambah dan memenuhi kebutuhan barang dan jasa berdasarkan
peraturan yang berlaku dengan menciptakan sesuatu yang tadinya belum ada
menjadi ada. Kegiatan ini termasuk dalam usaha untuk tetap mempertahankan
sesuatu yang telah ada dalam batas-batas efisiensi. (Subagya: 1994). Sedangkan
Mustikasari berpendapat fungsi pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasi
atau mewujudkan kebutuhan yang telah direncanakan atau telah disetujui
sebelumnya.
Pengadaan tidak selalu harus
dilaksanakan dengan pembelian tetapi didasarkan dengan pilihan berbagai
alternatif yang paling tepat dan efisien untuk kepentingan organisasi.
Cara–cara yang dapat dilakukan untuk menjalankan fungsi pengadaan adalah:
a.
Pembelian
b.
Penyewaan
c.
Peminjaman
d.
Pemberian
(hibah)
e.
Penukaran
f.
Pembuatan
g.
Perbaikan
Proses pengadan peralatan dan
perlengkapan pada umumnya dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Perencanaan dan penentuan kebutuhan
b. Penyususnan dokumen tender
c. Pengiklanan/penyampaian undangan lelang
d. Pemasukan dan pembukuan penawaran
e. Evaluasi penawaran
f. Pengusulan dan penentuan pemenang
g. Masa sanggah
h. Penunjukan pemenang
i.
Pengaturan
kontrak
j.
Pelaksanaan
kontrak
Mengingat fungsi pengadaan adalah
fungsi tehnis yang menyangkut pihak luar maka pengendalian fungsi pengadaan
perlu mendapatkan perhatian. Pengendalian dilaksanakan dari awal kegiatan
sampai dengan pemeliharaan. Kebijakan pemerintah yang mengatur tentang
pengadaan barang adalah Keppres No. 80 tahun 2003.
Beberapa hal yang harus
diperhatikan pada fungsi pengadaan antara lain:
a. Kode etik pengadaan
Kode etik pengadaan yang dikemukakan oleh George W. Aljian, antara lain:
1. Hubungan pribadi dengan para pedagang sangat perlu, namun seorang pembeli
harus tetap tidak berpihak dalam semua tahap perdagangan
2. Tidak boleh ada keterangan orang dalam, kepada siapapun.
3. Memberi batas kepada seorang rekanan adalah melanggar etika.
b. Pelelangan pengadaan barang
Setiap mengadakan pelelangan dan
pengadaan barang harus dibentuk panitia pengadaan dan pelangan milik negara
yang ditentukan sebagai berikut:
1. Keanggotaan panitia sekurang-kurangnya 5 orang terdiri dari unsur:
Perencana, pemikir pekerjaan yang bersangkutan, penaggung jawab keuangan,
penanggung jawab perlengkapan, penanggung jawab tehnis.
2. Dilarang duduk sebagai anggota panitia adalah: Kepala kantor/satuan
pekerja/pemimpin proyek, pegawai pada inspektorat jenderal atau unit-unit yang
berfungsi sebagai pemeriksa.
3. Panitia pelelangan dibentuk oleh kepala kantor/satuan pekerja/pemimpin
proyek
4. Masa kerja panitia berakhir sesuai dengan tugasnya setelah pemenang
pelelangan ditunjuk (Subagya:1994)
4. Fungsi Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu
kegiatan dan usaha untuk melakukan pngelolaan barang persediaan di tempat
penyimpanan. (Mustikasari: 2007) Penyimpanan berfungsi untuk menjamin
penjadwalan yang telah ditetapkan dalam fungsi-fungsi sebelumya dengan
pemenuhan setepat-tepatnya dan biaya serendah-rendahnya. Fungsi ini mencakup
semua kegiatan mengenai pengurusan, pengelolaan dan penyimpanan barang. Fungsi
yang lain adalah: Kualitas barang dapat dipertahankan, barang terhindar dari
kerusakan, pencarian barang yang lebih mudah dan barang yang aman dari pencuri.
Faktor-faktor yang perlu mendapat
perhatian dalam fungsi penyimpanan adalah:
a. Pemilihan lokasi
Aksesibilitas, utilitas,
komunikasi, bebas banjir, mampu menampung barang yang disimpan, keamanan dan
sirkulasi udara yang baik.
b. Barang (Jenis, bentuk barang atau bahan yang disimpan)
Jenis dan bentuk barang dapat
digolongkan ke dalam:
1. Barang biasa: Kendaraan, mobil ambulance, alat-alat berat, brankar, kursi
roda dll.
2. Barang khusus: Obat-obatan, alat-alat medis dll.
c. Pengaturan ruang
Bentuk-bentuk tempat penyimpanan,
rencana penyimpanan, penggunaan ruang secara efisien dan pengawasan ruangan.
d. Prosedur/sistem penyimpanan
Formulir-formulir transaksi,
kartu-kartu catatan, kartu-kartu pemeriksaan, cara pengambilan barang,
pengawetan dll.
e. Penggunaan alat bantu
f. Pengamanan dan keselamatan
Pencegahan terhadap api,
pencurian, tindakan pencegahan terhadap kecelakan, gangguan terhadap
penyimpanan dan tindakan keamanan.
5. Fungsi Penyaluran (Distribusi)
Penyaluran atau distribusi
merupakan kegiatan atau usaha untuk mengelola pemindahan barang dari satu
tempat ke tempat lainnya (Subagya: 1994). Faktor yang mempengaruhi
penyaluran barang antara lain:
a. Proses Administrasi
b. Proses penyampaian berita (data-data informasi)
c. Proses pengeluaran fisik barang
d. Proses angkutan
e. Proses pembongkaran dan pemuatan
f. Pelaksanaan rencana-rencana yang telah ditentukan
Ketelitian dan disiplin yang
ketat dalam menangani masalah penyaluran merupakan unsur yang sangat penting
untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Fungsi Penghapusan
Penghapusan adalah kgiatan atau
usaha pembebasan barang dari pertanggungjawaban sesuai peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku (Subagya: 1994). Alasan penghapusan barang antaralain:
1.
Barang hilang,
akibat kesalahan sendiri, kecelakaan, bencana alam, administrasi yang salah,
tercecer atau tidak ditemukan
2.
Tehnis dan
ekonomis: Setelah nilai barang dianggap tidak ada manfaatnya. Keadaan tersebut
disebabkan faktor-faktor: Kerusakaan yang tidak dapat diperbaiki, obsolete
(meningkatkan efisiensi atau efektifitas), kadaluarsa yaitu suatu barang tidak
boleh dipergunakan lagi menurut ketentuan waktu yang ditetapkan, aus atau
deteriorasi yaitu barang mengurang karena susut, menguap atau hadling, Busuk
karena tidak memenuhi spesifikasi sehingga barang tidak dapat dipergunakan
lagi.
3.
Surplus dan
ekses
4.
Tidak bertuan:
Barang-barang yang tidak diurus
5.
Rampasan yaitu
barang-barang bukti dari suatu perkara
Program penghapusan dapat ditinjau
dari dua aspek antara lain:
a) Aspek yuridis, administrasi dan prosedur
b) Dalam aspek yuridis mencakup hal-hal: Pembentukan panitia penilai, identifikasi dan inventarisasi
peraturan-peraturan yang mengikat, persyaratan atau ketentuan terhadap barang
yang dihapus, penyelesaian kewajiban sebelum barang dihapus.
c) Aspek rencana pelaksana tehnis
Evaluasi,
rencana pemisahan dan pembuangan serta rencana tindak lanjut. Cara-cara
penghapusan yang lazim dilakukan antaralain:
1.
Pemanfaatan
langsung: Usaha merehabilitasi/merekondisi komponen-komponen yang masih dapat
digunakan kembali dan dimasukkan sebagai barang persediaan baru.
2.
Pemanfaatan
kembali: Usaha meningkatkan nilai ekonomis dari barang yang dihapus menjadi
barang lain.
3.
Pemindahan:Mutasi
kepada instansi yang memerlukan dalam rangka pemanfaatan langsung
4.
Hibah:
Pemanfaatan langsung atau peningkatan potensi kepada badan atau pihak di luar
instansi (Pemerintah).
5.
Penjualan/Pelelangan:
Dijualbaik di bawah tangan ataudilelang
6.
Pemusnahan:
Menyangkut keamanan dan keselamatan lingkungan
7. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah sistem
pengawasan dari hasil laporan, penilaian, pemantauan dan pemeriksaan terhadap
langkah-langkah manajemen logistik yang sedang atau telah berlangsung
(Mustikasari: 2007). Bentuk kegiatan pengendalian antara lain:
1) Merumuskan tata laksana dalam bentuk manual, standar, kriteria, norma, instruksi dan
prosedur lain
2) Melaksanakan pengamatan (Monitoring), evaluasi dan laporan, guna
mendapatkan gambaran dan informasi tentang penyimpangan dan jalannya pelaksanaan
dari rencana
3) Melakukan kunjungan staf guna mengidentifikasi cara-cara pelaksanaan dalam
rangka pencapaian tujuan
4) Melakukan supervisi
Agar pelaksanaan pengendalian
dapat berjalan dengan baik diperlukan sarana-sarana pengendalian sebagai
berikut:
1) Struktur organisasi yang baik
2) Sistem informasi yang memadai
3) Klasifikasi yang selalu mengikuti perkembangan menuju standarisasi
4) Pendidikan dan pelatihan
5) Anggaran yang cukup memadai
E.
Sarana medis-non medis
1. Sarana non medis
A. Bangunan dan tata ruang
Sekurang-kurangnya
terdiri dari :
1) Ruang
tunggu :
a) kursi/bangku pasien
b) meja/majalah/surat kabar
c) meja dan kursi petugas pengantar
2) Ruang pemeriksaan:
a) Meja dan kursi provider
b) Lemari, meja obat
c) Tempat cuci tangan
3) Kamar kecil (WC)
Perhatikan :
a) Kenyamanan
b) Keamanan
c) Privacy
d) Kepuasan
B. Perlengkapan penunjang
1. Buku kas (bila perlu)
2. Buku resep
3. Blanko formulir rujukan
4. Blanko kwitansi
5. Blanko surat sakit
6. Blanko surat sehat
7. Blanko buku kesehatan pribadi
8. Kelengkapan rekam medis
a. Sederhana : kartu pasien dan rak penyimpanan
b. Canggih : computer stiap perangkat lunak
c. KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
1) KIE KB dan kesehatan hendaknya disampaikan secara informatif dan tidak
berdampak negative dengan bantuan :
a. Leaflet
b. Brosur
c. Poster
d. Alat peraga
2) Sarana medis KB :
a. Meja ginekolog
b. IUD kit
c. Implant kit
d. Alat-alat kontrasepsi
e. Speculum
f. Cocor bebek
g. Lampu obgyn
3) Sarana non medis
KIE KB berupa :
a. Leaflet kontrasepsi
b. Brosur KB
c. Poster KB
d. Alat peraga kontrasepsi dan anatomi
e. Kartu tunjangan
f. Rekam medic
4) Sarana medis kesehatan :
a. Timbangan anak
b. Timbangan dewasa
c. Stetoskop
d. Lampu senter
e. Thermometer
f. Plester
g. Pinset
h. Scalpel
i.
Alcohol, kapas, kasa
steril
j.
Peralatan suntik
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Keberhasilan pengelolaan logistik tergantung pada
kompetensi dari manajer logistik. Manajer berfungsi untuk mengelola logistik
melalui fungsi antara lain mengidentifikasi, merencanakan pengadaan,
pendistribusian alat hingga mengembangkan sistem pengelolaan logistik yang
efektif dan efisien. Pengadaan alat yang tepat dan berfungsi dengan baik akan
memperlancar kegiatan pelayanan pasien sehingga berdampak bagi peningkatan mutu
pelayanan secara umum.
B.
Saran
Makalah tentang manajemen perlengkapan atau logistik
ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena itu diharapkan kepada dosen
pembimbing dan para pembaca agar dapat memberi masukan berupa saran maupun
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dimasa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Subagya M S, ( 1994 ) “Manajemen Logistik” cetakan keempat Jakarta :
PT Gunung
Agung
Bafadal,Ibrahim. 2008. Manajemen Perlengkapan. Jakarta : Bumi Aksara.
0 komentar:
Posting Komentar