PENGERTIAN DAN PRINSIP MANAJEMEN
1.
PENGERTIAN KONSEP MANAJEMEN
Menurut Muninjaya 1999, Manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien, efektif, dan rasional untuk mencapai
tujuan yang telah ditetepkan sebelumnya.
Menurut Mary Parker Follet, Mendifinisikan manajemen sebagai seni dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain (Hani.Handoko, 8). Pengertian
ini mengandung arti bahwa manajer dalam mencapai tujuan organisasi melalui
pengaturan orang-orang lain yang tergabung dalam organisasi. Pengaturan
orang lain yang dilakukan manajer satu dan manajer lain tentunya berbeda,
dan perbedaan pengaturan ini membutuhkan kemampuan dan ketrampilan
tersendiri.yang merupakan seni manajemen.
Menurut Harold Koontz dan Cyriil O’ donnel, Mendifinisikan manajemen adalah
usaha mencapai suatu tujuan tertentu melalui kegiatan orang lain. Dengan
demikian manajer mengadakan koordinasi atas sejumlah aktivitas orang lain yang
meliputi perencanaan, penggorganisasian, penggerakan dan pengendalian.
(Amirullah, h 7)
Menurut R Terry, Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari
tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengendalian
yang dilakukan uituk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.
2.
PRINSIP MANAJEMEN
Prinsip-prinsip dalam manajemen bersifat lentur dalam arti bahwa perlu
dipertimbangkan sesuai dengan kondisi-kondisi khusus dan situasi-situasi yang
berubah.
Menurut Henry Fayol, seorang pencetus teori manajemen yang berasal dari Perancis,
prinsip-prinsip umum manajemen ini terdiri dari:
1.
Pembagian kerja (division of work)
2.
Wewenang dan tanggung jawab (authority and
responsibility)
3.
Disiplin (discipline)
4.
Kesatuan perintah (unity of command)
5.
Kesatuan pengarahan (unity of direction)
6.
Mengutamakan kepentingan organisasi di atas
kepentingan sendiri (subordination of individual interests to the general
interests)
7.
Pembayaran upah yang adil (remuneration)
8.
Pemusatan (centralisation)
9.
Hirarki (hierarchy)
10. Tata tertib (order)
11. Keadilan (equity)
12. Stabilitas kondisi karyawan (stability of tenure of personnel)
13. Inisiatif (Inisiative)
14. Semangat kesatuan (esprits de corps)
Prinsip manajemen adalah dasar-dasar atau
pedoman kerja yang bersifat pokok yang tidak boleh diabaikan oleh setiap
manajer atau pimpinan. Dalam prakteknya harus diusahakan agar prinsip-prinsip
manajemen ini hendaknya tidak kaku, melainkan harus luwes, yaitu bisa saja
diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. Prinsip-prinsip manajemen terdiri atas :
1.
Pembagian kerja yang berimbang.
Dalam membagi-bagikan tugas
dan jenisnya kepada semua kerabat kerja, seorang manajer hendaknya bersifat
adil, yaitu harus bersikap sama baik dan memberikan beban kerja yang berimbang.
2.
Pemberian kewenangan
Pemberian kewenangan dan rasa
tanggung jawab yang tegas dan jelas Setiap kerabat kerja atau karyawan
hendaknya diberi wewenang sepenuhnya untuk melaksanakan tugasnya dengan baik
dan mempertanggung jawabkannya kepada atasan secara langsung.
3.
Disiplin
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan.
Disiplin adalah kesedian untuk melakukan usaha atau kegiatan nyata (bekerja sesuai dengan jenis pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya) berdasarkan rencana, peraturan dan waktu (waktu kerja) yang telah ditetapkan.
4. Kesatuan perintah
Setiap karyawan atau kerabat kerja hendaknya hanya menerima satu jenis
perintah dari seorang atasan langsung (mandor/kepala seksi/kepala bagian),
bukan dari beberapa orang yang sama-sama merasa menjadi atasan para
karyawan/kerabat kerja tersebut.
5. Kesatuan arah
Kegiatan hendaknya mempunyai tujuan yang sama dan dipimpin oleh seorang
atasan langsung serta didasarkan pada rencana kerja yang sama (satu tujuan,
satu rencana, dan satu pimpinan).
B. MANAJEMEN
DALAM PELAYANAN KEBIDANAN
1. Pengertian
Manajemen Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan, manajemen
adalah proses pelaksanaan pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan
kebidanan kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan
anak, kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
2.
Prinsip Proses Manajemen Kebidanan
Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM)
tahun 1999:
1. Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap
dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan
setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik
2. Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa
berdasarkan interpretasi data dasar
3. Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan
masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien
4. Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat
membuat keputusan dan tanggung jawab terhadap kesehatannya
5. Membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien
6. Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana
individual
7. Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan
berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya
8. Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi
darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal
9. Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan
kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
Manajemen kebidanan terdiri
dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data
dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka
yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap
langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya
bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Pengelola pelayanan kebidanan
memiliki standar asuhan atau manajemen kebidanan yang ditetapkan sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien.
Definisi operasional :
Definisi operasional :
1.
Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai
pedoman dalam memberikan pelayanan kebidanan.
2.
Ada format manajemen kebidanan yang terdapat
pada catatan medik.
3.
Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap
klien.
4.
Ada
diagnosa kebidanan.
5.
Ada rencana asuhan kebidanan.
6.
Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan.
7.
Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan
kebidanan.
8.
Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
9.
Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen
kebidanan.
Manajemen pelayanan kebidanan
mengambil sistem manajemen pada umumnya. Dalam pelayanannya juga melaksanakan
aktifitas manajemen yaitu perencanaan,pengorganisasian,pengarahan ,kordinasi
,dan pengawasan (supervisi dan evaluasi). Langkah Langkah dalam Manajemen
Pelayanan Kebidanan diantaranya sebagai berikut:
Langkah I Mengumpulkan semua
data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhan
Langkah II Menginterpretasikan
data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah
Langkah III Mengidentifikasi
diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannya
Langkah IV Menetapkan
kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga
kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klien
Langkah V Menyusun rencana
asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang
dibuat pada langkah yang selanjutnya
Langkah VI Pelaksanaan
langsung asuhan secara efisien dan aman
Langkah VII Mengevaluasi
keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses
untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif
1.
Langkah I :
Yaitu
Pengumpulan Data Dasar, Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk
memperoleh data dilakukan dengan cara :
a.
Anamnesa
Mendapatkan
data secara subjektif dari pasien dianranya Biodata, Riwayat Menstruasi,
Riwayat Kesehatan, Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas, Biopsikospiritual
dan Pengetahuan Klien
b.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan
pemeriksaan tanda-tanda vital
c.
Pemeriksaan Khusus yaitu Inspeksi, Palpasi,
Auskultasi, Perkusi.
d.
Pemeriksaan penunjang
Test
Laboratorium
e.
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien
mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi
Pada langkah pertama ini
dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan
tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6
(atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan
diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang
lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk
mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
2.
Langkah II
Interpretasi Data Dasar
Pada langkah
ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan
interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah
dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah
yang spesifik.
a.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah
diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan
memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
b.
Standar nomenklatur diagnosa kebidanan:
1)
Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2)
Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3)
Memiliki ciri khs kebidanan
4)
Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5)
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan
diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah
adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang
sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil
pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa. Selain masalah yang tetap
membutuhkan penanganan, klien juga memiliki kebutuhan. Kebutuhan adalah hal-hal
yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang
didapatkan dengan melakukan analisa data.
3.
Langkah III
Identifikasi Diagnosa atau
Masalah Potensial
Pada langkah
ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan
rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini
membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
Contoh masalah potensial :
Seorang ibu hamil datang
dengan pembesaran uterus yang berlebihan (pembesaran perut tidak sesuai dengan
umur kehamilan). Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pembesaran
uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:
·
Ibu hamil dengan diabetes mellitus (DM)
·
Kehamilan molahidatidosa
·
Kehamilan kembar
Kemudian
bidan harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang
disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan. Pada
persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap
terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk
resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita
infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya
peningkatan partus prematur atau bayi kecil. Persiapan yang sederhana adalah
dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang,
pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik bakteri dan segera memberi
pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
4.
Langkah IV
Mengidentifikasi dan
Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan
atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan
kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan,
terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru
mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan
segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data
yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera
sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya
prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Demikian juga bila
ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya
penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu
melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam
kondisi tertentu seorang ibu mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini
bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada
siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
5.
Langkah V
Merencanakan Asuhan Secara Menyeluruh
(Intervensi)
Pada langkah
ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau
masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang
menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi
klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman
antisipasi terhadap ibu tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk
klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial,ekonomi, kultural
atau masalah psikologis.
Dengan kata
lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan
dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua
belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif
karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena
itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai
dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan
bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien
dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar
yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang
lengkap dan tidak berbahaya.
6.
Langkah VI
Melaksanakan Perencanaan
(Implementasi)
Pada langkah
keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah
ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh
klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukan
sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi
klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama
yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan
biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7.
Langkah VII
Evaluasi
Pada langkah
ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam masalah dan
diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah
efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu
mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses
manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah
proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses
pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis.
Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua
langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak
mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Langkah ini
sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif. Dalam
pendokumentasian/catatan asuhan kebidanan diterapkan dalam bentuk SOAP.
Data
Subjektif (S), adalah data pasien yang didapat dari anamnesa.
Data Objektif (O), adalah data
yang diperoleh dari hasil pemeriksaan fisik serta diagnostik dan penunjang juga
catatan medis lainnya.
Assasment (A), adalah anlisa
dan interpretasi data yang terkumpul dan dibuat kesimpulan. Yang terdiri dari:
a.
Diagnosa
b.
Antisipasi diagnosa / masalah potensial
c.
Perlunya tindakan segera / kolaborasi
Planning/Perencanaan (P),
adalah merupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan. Evaluasi didalamnya
termasuk:
a.
Asuhan mandiri
b.
Kolaborasi
c.
Tes diagnostik/lab
d.
Konseling
e.
Follow up